If you fill your heart with regrets of yesterday and the worries of tomorrow, you have no today to be thankful for - you may be just one person to the world but you may be the world to one person

Thursday, August 13, 2015

Efek Samping Kortikosteroid

Efek samping kortikosteroid tergantung pada dosis dan durasi penggunaan. Pemakaian yang singkat dari prednisone, contohnya, biasanya ditoleransi dengan baik dengan efek samping yang sedikit dan ringan. Jangka panjang, dosis-dosis tinggi dari kortikosteroid biasanya menghasilkan efek-efek sampingan yang dapat diprediksi dan berpotensi serius. Efek-efek sampingan yang umum termasuk muka yang membulat (muka bulan), jerawat, bulu tubuh yang meningkat, diabetes, kenaikkan berat badan, hipertensi, katarak-katarak, galukoma, kepekaan terhadap infeksi-infeksi yang meningkat, kelemahan otot, depresi, insomnia, keadaan jiwa yang terombang-ambing, perubahan-perubahan pribadi, sifat lekas marah, dan penipisan tulang-tulang (osteoporosis) dengan ditemani suatu peningkatan risiko dari retak/patah tulag dari tulang belakang karena tekanan (compression fractures). Anak-anak pada yang terkena efek samping kortikosteroid dapat mengalami pertumbuhan kerdil. 



Komplikasi yang paling serius dari penggunaan kortikosteroid jangka panjang adalah aseptic necrosis dari sensi-sendi pinggul. Aseptic necrosis berarti kematian dari jaringan tulang. Itu adalah suatu kondisi yang menyakitkan yang akhirnya dapat menjurus pada keperluan mengganti pinggul-pinggul secara operasi. Aseptic necrosis juga telah dilaporkan pada sendi-sendi lutut. Tidak diketahui bagaimana kortikosteroid menyebabkan aseptic necrosis. Kejadian aseptic necrosis yang diperkirakan diantara pemakai-pemakai kortikosteroid adalah 3-4%. Pasien-pasien pada kortikosteroid yang mengembangkan sakit di pinggul-pinggul atau lutut-lutut harus melaporkan sakitnya pada dokterdengan segera. Diagnosis yang lebih awal dari aseptic necrosis dengan penghentian kortikosteroid telah dilaporkan pada beberapa pasien mengurangi keparahan kondisi dan mungkin membantu menghindari pergantian pinggul. 



Memperpanjang penggunaan kortikosteroid dapat menekan kemampuan kelenjar-kelenjar adrenal tubuh untuk menghasilkan cortisol (suatu kortikosteroid alami yang perlu untuk berfungsinya tubuh dengan baik). Penghentian kortikosteroid secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala-gejala yang disebabkan oleh suatu kekurangan kortisol alami (suatu kondisi yang disebut kekurangan adrenal). Gejala-gejala dari kekurangan adrenal termasuk mual, muntah, dan bahkan shock. Mencabut kortikosteroid terlalu cepat juga dapat menghasilkan gejala-gejala sakit-sakit sendi, demam, dan rasa tidak enak badan (malaise). Oleh karenanya, kortikosteroid perlu dikurangi secara berangsur-angsur (tapering off) daripada diberhentikan secara tiba-tiba



Bahkan setelah kortikosteroid dihentikan, kemampuan kelenjar-kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol dapat tetap tertekan berbulan-bulan sampai dua tahun. Kelenjar-kelenjar adrenal yang tertekan mungkin tidak mampu menghasilkan cukup kortisol untuk membantu tubuh menangani stres seperti kecelakaan-kecelakaan, operasi, dan infeksi-infeksi. Pasien-pasien ini akan memerlukan perawatan dengan kortikosteroid (prednisone, hydrocortisone, dllnya.) selama situasi-situasi yang penuh stres untuk menghindari pengembangan kekurangan adrenal. 



Karena kortikosteroid tidak bermanfaat dalam mempertahankan remisi dari radang borok usus besar dan penyakit Crohn dan karena mereka mempunyai efek-efek sampingan yang dapat diprediksi dan berpotensi serius, obat-obat ini harus dipakai untuk jangka waktu sesingkat mungkin.


Sumber: http://fransmichael.blogspot.com/2013/12/efek-samping-kortikosteroid.html

No comments:

Post a Comment